Info kesehatan dari TabloidNova
“Membedong adalah salah satu cara menstimulasi bayi untuk menghilangkan reflek moro, keterkejutan bayi akan suara atau getaran yang biasa dialami bayi baru lahir,” ujar Anne Gracia , pakar neurosains terapan.
Perempuan yang menjadi aktivis dan pemerhati perkembangan sumber daya manusia berbasis fungsi otak ini menyarankan agar jangan terlalu lama membiarkan bayi baru lahir mudah terkejut, “Sebab bayi bisa jadi mudah kaget ke depannya. Akibatnya tidak bagus bagi stimulasi otak untuk hal-hal yang rutin, ketenangan, dan emosi.”
eperti kita tahu, zaman dahulu kala orang mungkin belum tahu bagaimana cara menenangkan bayi sehingga timbulah metode bedong. Dengan tangan dan kaki terbebat bayi tidak mudah terkejut. Kalaupun terkejut, tangan dan kakinya tak perlu mengeluarkan getaran. “Tapi, zaman sekarang bisa diganti dengan metode lain, sedini mungkin setelah bayi puput pusar, kerap tengkurapkan bayi.”
Anne berujar, hal ini bisa dilakukan sesering mungkin. Misalnya, saat bayi tidur di siang hari. Namun, kalau di malam hari bayi juga senang tidur tengkurap, “Perhatikan bayi agar punya kemampuan memiringkan wajah supaya bisa bernafas. Sebab banyak kasus sudden death karena ini.” Anne juga mengungkapkan banyak keuntungan yang didapat dari tidur tengkurap, antara lain;
Proses pembentukan tengkorak bayi jauh lebih baik
Proses bayi untuk punya energi mengangkat kepala jauh lebih baik dan sangat menguatkan otot lehar
Menghilangkan reflek moro
Membantu anak menjadi kuat
Nah, lalu bagaimana kalau anak belum terbiasa tengkurap? “Deteksi dini tumbuh kembang anak perlu dilakukan dalam usia 5 bulan pertama. Urutannya berguling, tengkurap, mengangkat kepala dan tubuh untuk melepaskan kontrol kekakuan.”
Soal kontrol tadi, Anne juga menambahkan fungsinya akan terasa yakni memudahkan anak membaca dan menulis di usia TK-SD, juga ketika duduk, berdiri, dan berjalan. “Kalau berdiri dulu baru duduk, itu karena bayi suka ditetah, orangtua kerapkali mengejar anak bisa duduk. Ingatnya selalu agar bisa duduk, berdiri, berjalan.”
Padahal kalau urutannya tidak sesuai, “Misalnya anak belajar mau duduk, tapi berguling-guling belum bisa. Lupakan, kejar dulu yang sebelumnya agar tidak delay di pertumbuhan berikutnya,” ungkap lulusan UNPAD ini.