Karena tidak ada uang cash, kini banyak usaha yang bangkrut atau merugi. Hal, ini disebabkan likuiditas atau uang cashnya sudah habis untuk menutupi pengeluaran. Jika dicermati sebuah bisnis yang sudah di perhitungkan untung sekian dan sekian. Tetapi tetap tidak bisa terhindar dari masalah ini, dan tak jarang malah kehabisan uang cash untuk operasionalnya.
Ini yang disebut sebagai laba semu,
alias hanya laba dalam hitung-hitungan diatas kertas saja, bukan dari
uang yang diterima sesuai waktunya. Ya, uang diterima tidak sesuai pada
waktu yang dibutuhkan.
Artinya, dia beli ke suplier cash, tapi menjual barangnya ke konsumen
atau agennya dengan tempo atau hutang atau bahkan konsinyasi. Okelah,
strategi memberikan barang dengan tempo atau konsinyasi sangat menarik
buat konsumen atau agen-agen penjualan
kita. Tapi cobalah ukur kekuatan modal sendiri. Kalau modal kita gede,
melakukan hal ini bukanlah sebuah persoalan, karena kita masih bisa
menutup biaya-biaya sambil menunggu pembayaran masuk ke kita. Tapi, jika
anda adalah usaha kecil pemula, modal pas-pasan, itu sama saja bunuh
diri.
Bisnis yang seger dan enak itu adalah jika belinya (kulakannya) bisa
bayar di belakang, lalu menjualnya dengan bayar di depan. Artinya kita
dimodali oleh pembeli. Strategi ini justru dilakukan oleh bisnis retail
besar semacam supermarket besar yang menerima barang dagangannya secara
konsinyasi, tapi menjualnya secara kontan.
Jadi, aturan untuk pebisnis pemula yang modalnya pas-pasan adalah:
1. Beli barang dengan tempo, jual dengan cash. Ini ideal banget!
2. Beli barang dengan tempo panjang (misal 1 bulan) , lalu jual dengan cash atau tempo lebih singkat (misal 1 minggu)
3.Jika beli barang dengan cas, juallah dengan cash pula